[EKSKLUSIF] Detik-Detik Wafatnya Nabi Muhammad SAW | KISAH NYATA BAGINDA RASULULLAH SAW
7/08/2015 09:00:00 am
[EKSKLUSIF] Detik-Detik Wafatnya Nabi Muhammad SAW | KISAH NYATA BAGINDA RASULULLAH SAW | PAGI itu, Rasulullah dengan suara terbata-bata memberikan petuah:
“Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan Cinta Kasih-Nya.
Maka taati dan bertakwalah hanya kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada
kalian, Sunnah dan Al-Qur’an. Barang siapa yang mencintai Sunnahku
berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan
bersama-sama masuk surga bersama aku,”.
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasullah yang
teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan
berkaca-kaca. Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.
Ustman menghela nafas panjang dan Ali menundukan kepalanya dalam-dalam.
baca lagi klik TAJUK ENTRI ni
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba “Rasulullah akan
meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia
tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap
menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu,
seluruh sahabat yang hadir di sana sepertinya tengah menahan detik-detik
berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup.
Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya
yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan
salam.
“Assalaamu’alaikum… .Bolehkah saya masuk ?” tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang
demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian
ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan
bertanya kepada Fatimah.
“Siapakah itu, wahai anakku?”
“Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,”
tutur Fatimah lembut. Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak
dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah
yang memisahkan pertemuan di dunia. dialah Malaikat Maut,” kata
Rasulullah. Fatimah pun menahan tangisnya.
Malaikat Maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa
Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya
sudah bersiap diatas langit untuk menyambut ruh kekasih Allah dan
Penghulu dunia ini. (sepertinya Malaikat Jibril Tidak Sanggup melihat
Rasulullah dicabut nyawanya)
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.
“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti Ruhmu,
semua pintu Surga terbuka lebar menanti kedatanganmu” kata Jibril. Tapi
itu semua ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar kabar ini, Ya Rasulullah?” tanya Jibril lagi.
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”
“Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat
Muhammad telah berada didalamnya’,” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan
Ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang.
“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini,” ujar Rasulullah mengaduh lirih.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah engkau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu, wahai Jibril?” tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.
“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direngut ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku.”
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak
lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali segera
mendekatkan telinganya.
“Peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu”
Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali
mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii. ummatii. ummatii.”
“Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhai-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan
masuklah ke dalam jannah-Ku.”
‘Aisyah ra berkata: ”Maka jatuhlah tangan Rasulullah, dan kepala
beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa
beliau telah wafat.”
Dia berkata: ”Aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan, tidak ada yg
kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yg disana ada para
sahabat, dan kukatakan:
”Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat.”
Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid, karena beratnya kabar
tersebut, ‘Ustman bin Affan seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke
kiri dan ke kanan.
Adapun Umar bin Khathab berkata: ”Jika ada seseorang yang mengatakan
bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan
kupotong kepalanya dengan pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui
Rabb-Nya sebagaimana Musa pergi untuk menemui Rabb-Nya.”
Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar, dia masuk kepada
Rasulullah, memeluk beliau dan berkata: ”Wahai sahabatku, wahai
kekasihku, wahai bapakku.”
Kemudian dia mencium Rasulullah dan berkata: ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”
Keluarlah Abu Bakar ra menemui orang-orang dan berkata: ”Barangsiapa
menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah wafat, dan barangsiapa
yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak
akan mati.”
‘Aisyah berkata: “Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku menangis sendiri.”
Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmat Allah
manusia yang paling mulia, manusia yang paling kita cintai pada waktu
dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia
63 tahun lebih 4 hari. Shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi
tercinta Rasulullah.
Allahumma shali’alla sayyidina wa mawlana Muhammad….
sumber: billyinfo.blogspot.com
5 comments
sedihnya abe ! sobs. hmmmm takutnya.jaga lah solat kita.
ReplyDeleteaku perna mendapat klip ustaz mengajar bahawa semua tu adalah karut..sedangkan Rasulullah wafat di atas ribaan Aisyah....so minta pencerahan..
ReplyDeleteterima kasih di atas perkongsian cerita ini. amat menyentuh kalbu...bergenang airmata menahan sebak mengimbau saat dan ketika pemisahan roh Baginda SAW dari alam fana ini.. Hanya satu perkara yg ingin saya bertanya, apakah benar kalimah 'ummati..ummati..ummati..' ini dilafazkan Baginda SAW? Kerana saya mendapat perkhabaran bahawa ini adalah rekaan puak Syiah semata-mata...
ReplyDeleteWallahua'lam.
Riwayat di atas tidak betul. Sila rujuk dari hadith yang sahih.
ReplyDeleteHadis ummati ni tak sahih
ReplyDelete"Semua artikel dalam blog ini dikongsikan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan masih boleh dibincangkan & dipersoalkan kebenarannya. Ketepatan & kesahihan maklumat dalam blog ini perlu dibandingkan dengan sumber-sumber lain agar tidak terjadi anggapan penyebaran maklumat palsu atau fitnah. Sebarang maklumbalas berkaitan boleh diajukan kepada Abe di queachmad [at] queachmad [dot] com"